Nak, ketika gelar "Ibu" aku sandang berkat mu.
Kegembiraanku bercampur dengan rasa cemasku yang berlebihan.
Sensitif sekali diri ini mendengar apapun yang dikatakan orang lain tentang apa yang harus ku lakukan.
Apakah bisa aku menjaga, merawat, dan mendidikmu?
Kamu hadiah sekaligus ujian keimanan.
Aku terjebak dalam gab antara masa lalu, perbandingan-perbandingan, keinginan dan realitas.
Sampai-sampai sulit sekali membedakannya.
Akalku tersendat.
Gelisah saja yang terus menghantuiku tak jelas.
Lidah pun kelu menterjemahkannya.
Mungkin hanya Allah saja yang mengerti sesak dan kegundahan yang aku sendiri pun tak mengerti.
Kalau aku sendiri saja tak mengerti, bagaimana menjelaskannya ke orang lain dengan benar?
Ingin rasanya aku berdamai dengan diriku sendiri.
Sungguh aku rindu sekali Allah mau memeluk menenangkan dan menguatkan ku Nak.
Agar kelak aku tak rapuh dalam mendampingi kalian menghadapi dunia yang fana ini.
#terimakasih yang setia menemaniku, suamiku tercinta.
#terimakasih atas tangis, senyum, tawa, dan tingkahmu yang memberi warna, anak sulung bunda, qonitah yumna
#terimakasih untuk kalian yg kelak akan hadir dalam hidup kami, bantu kami mempertanggungjawabkan kalian kelak dihadapanNya ya... :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
And how about you dear....?